RAJA SAMU SAMU De Laatstse Van Koning Stamboom Abubu – Nusa Laut. Maluku – Indonesia
Abubu – Nusa Laut. Maluku – Indonesia
Pada jaman pra-sejarah Pulau Nusa Laut adalah penghasil Cengkih terbaik, Negeri Abubu adalah salah satu dari 7 Negeri yang ada di Pulau Nusa – Laut. Maluku – Indonesia. Raja Moyang Silawane adalah Raja Negeri Abubu pertama, ketika Raja Moyang Silawane meninggal diteruskan oleh saudaranya yaitu Raja Moyang Kota. Raja Samu Samu sudah ada sejak Abad XVI – tahun 1556 Masehi, diawali sejak wafatnya Raja Moyang Kota diteruskan anak kandungnya bernama Raja Moyang Abigael Samu Samu. Raja Moyang Abigael Samu Samu yang memiliki postur tubuh yang besar dan tinggi adalah Petarung Samudra (pelaut tangguh) dan sangat dihormati serta disegani di seluruh Negeri – Negeri di Maluku; Kapata Moyang (riwayat leluhur) Raja Samu Samu: Raja Samu Samu turut bertempur diperairan Kepulauan Ternate membantu Kesultanan Ternate melawan pasukan Purtugis, masih dalam Kapata Moyang (riwayat leluhur) Raja samu Samu: ketika ada Raja dari Fam lain ingin masuk ke Negeri Abubu – Nusa Laut, maka dengan kekuatan do’a Raja Samu Samu membuat Raja dari Fam lain yang berada di tengah laut tidak dapat melihat Negeri Abubu dan Pulau Nusa Laut, dan akhirnya Raja dari Fam lain tersebut pergi, bahwa kejadian tersebut disaksikan oleh Raja – Raja dari atas Pulau Seram.
Ketika VOC Belanda masuk ke Kepulauan Maluku dengan merampas rempah – rempah dan hasil bumi serta kezoliman kepda masyarakat di Kepulauan Maluku, termasuk di Nusa Laut, maka Raja Moyang Abigael Samu Samu adalah Raja Maluku pertama dan orang Maluku yang berani melawan dan menentang keserakahan dan kezoliman VOC Belanda, serta tidak ikut serta dalam Serangan Hongi (serangan fajar) yang diatur VOC Belanda, maka tentara/Knil VOC Belanda mencap bahwa Raja Moyang Abigael Samu Samu adalah pemberontak (ekstrimis) dan dicari untuk ditangkap. Maka Raja Moyang Abigael Samu Samu menghilang pergi dari Negeri Abubu – Nusa Laut dan singgah pertama di Pantai Galala Pulau Ambon dan bertemu dengan Orang Kaya Fam Yoris (tuan tanah dan cikal-bakal Fam Samu Samu di Galala Pulau Ambon) untuk meminta bantuan kepada saudaranya Raja Moyang Abigael Samu Samu yaitu Raja Batu Merah – Moyang Wali Ulu dan Raja Halong. Karena Raja Samu Samu dicap pemberontak (ekstrimis) maka nama Raja Samu Samu maupun nama Fam Samu Samu tidak dicatat atau tercatat dalam buku – buku pemerintahan Belanda saat itu, dengan maksud dan tujuan agar keturunan Fam Samu Samu selanjutnya maupun masyarakat atau orang – orang Maluku tidak mengetahui asal-usul keturunan dari Samu Samu yang sebenarnya, siasat dan politik ini dilakukan adalah untuk menghilangkan jatidiri (identitas) dan untuk tidak diketahuinya asala-usul Raja Samu Samu maupun Fam Samu Samu.
Ketika terjadi pertempuran di Aceh, Kesultanan Aceh meminta bantuan kepada Raja Samu Samu II dan Raja – Raja Maluku lainnya, usai perang Aceh; Raja Samu Samu hijrah ke Timur Batavia (yang sekarang dikenal Kampoeng Ambon) bersama Raja – Raja Maluku dan orang – orang Ambon lainnya, usai perang Dunia II; Raja Samu Samu II dan Raja – Raja dari Maluku lainnya kembali ke Negeri masing – masing di Maluku, dan ketika suasana di wilayah Banten memanas, maka Sultan Banten – YM. Sultan Hasanuddin menikahkan cucunya dengan anak sulung Raja Samu Samu III (bermukim di Tengkele, Serang – Banten), dan pada waktu Kesultanan Banten akan diserang oleh tentara/Knil Belanda yang dipimpin oleh Yth. Capitan Moyang Yongker, ketika mengetahui adanya orang Ambon (Maluku) di Banten, maka Yth. Capitan Moyang Yongker berubah rencana dan sebaliknya membantu kekuatan Kesultanan Banten. Ketika Raja Samu Samu III meninggal, maka diteruskan anak tertuanya yaitu Raja Samu Samu IV (bermukim di Tengkele, Serang – Banten). Pada saat itu Raja Samu Samu IV dipercaya untuk mengurus seluruh Penggilingan Beras yang berada di wilayah kekuasa Kesultanan Banten, dan Raja Samu Samu IV dibantu oleh sahabatnya yaitu Yth. Bapak. Kaking (bermukim di Serang – Banten); Raja Samu Samu IV selain mengurus seluruh Penggilingan Beras mulai dari Banten sampai Karawang – Jawa Barat dibantu Yth. Bapak. Kaking, Raja Samu Samu IV bekerja sebagai Jaksa di Kantor Jaksa Batavia (d/h. Jalan Harmoni – Jakarta Pusat); semasa Raja Samu Samu IV menjadi Jaksa sering kali membantu dan menolong masyarakat atau orang – orang kampoeng; Raja Samu Samu IV adalah salah satu yang mendamaikan ketika perseteruan antara suku Banten dengan suku Bugis di wilayah Pesisir Tanjung Priok sampai Grogol; Raja Samu Samu IV tidak mempunyai keturunan anak kandung dan mengangkat seorang anak perempuan yang bernama Rohana yang dinikahkan dengan seorang jawara (Pendekar) Kampoeng Pekarungan Banten yang bernama Yth. Nasrudin. Ketika Raja Samu Samu IV meninggal tahun 1976, diteruskan oleh adiknya yaitu Raja Samu Samu V (bermukin di Kramat VII/no.5. Jakarta Pusat dan Komplek Angkatan Darat. Jalan. Salemba Raya no.28. Jakarta Pusat); Raja Samu Samu V setelah pensiun dari Jawatan Kesehatan Angkatan Darat (JANKESAD) dikaryakan bekerja di Pusat Kesenian Jakarta – Taman Ismail Marzuki, oleh Yth. Jenderal.TNI.AD. Dr. Suwarno dan Gubernur KDKI Jakarta Raya – Yth. Bang. Ali Sadikin. Raja Samu Samu V meninggal tahun 1980, diteruskan anak kandungnya yaitu Raja Samu Samu VI ; yang dikenal Upu Latu M.L. Benny Ahmad Samu Samu.
Bahwa penampilan pakaian Raja Samu Samu VI sangatlah sederhana dibandingkan dengan Raja dan atau Sultan yang lain; sehingga ketika Raja Samu Samu VI menjadi Narasumber bersama Sultan Deli Sumatera Utara, Sultan Skala Brak Lampung, Sultan Putra Mahkota Raja Gowa Sulawesi Selatan dan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin Palembang dalam acara Kick Andy di Metro Tv, 26 Oktober 2008 (yang ditayangkan 5 Desember 2008); yaitu ketika YM. Andy F. Noya (presenter Kick Andy Metro Tv) bertanya tentang pakaian Raja Samu Samu VI dan hal – hal yang secara adat-istiadat sangat peka (sensitif) apa lagi hal yang menyangkut Moyang – Moyang, maka terjadilah hal yang diluar kemampuan manusia yaitu seluruh lampu dan cahaya yang berada dalam studio Kick Andy di Stasiun Metro Tv seketika menjadi gelap walaupun tidak padam dari PLN, setelah Raja Samu Samu VI melakukan do’a barulah seluruh lampu yang ada hidup kembali, dan hal ini terjadi beberapa kali; ketika penonton wanita melihat keatas langit – langit studio Kick Andy, maka diketahui ada mahluk – mahluk banyak yang bergelantungan menutupi cahaya lampu – lampu yang ada di dalam studio Kick Andy. Hal lain dari Raja Samu Samu VI yaitu; 1) Raja Samu Samu VI sering kali diminta bantuannya untuk menjaga cuaca agar tidak hujan, atau membuat cuaca tidak terlalu panas dengan angin sepoi – sepoi 2) Kadang kala Raja Samu Samu VI menahan pesawat udara untuk tidak terbang walau telah melewati waktu penerbangan sampai tibanya Raja Samu Samu VI bersama keluarga dan atau bersama rombongan ke dalam pesawat udara tersebut 3) Seluruh Raja – Raja Maluku; Raja Morella, Raja Hitu Meseng, Raja Wassu, Raja Kaitetu, Raja Rohomoni, Raja Kaibobo, Raja Kaimana Papua, dan YM. K.R.A.T. Mas’ud Thoyib Adiningrat (Kasunanan Surakarta Hadiningrat – Solo) menyaksikan Raja Samu Samu VI melakukan kekuatan do’a untuk merubah cuaca dari panas terik sekali menjadi cuaca teduh dengan angin sepoi – sepoi sebelum dilaksanakan acara adat tradisional Pukul Sapu Lidi di Kerajaan Morella Ambon – Maluku (yang sebelumnya acara tersebut tidak dapat dimulai karena cuaca sangat panas sekali), dan masih banyak lgi hal – hal yang di lakukan oleh Raja Samu Samu VI.
Raja Samu Samu VI adalah pemerakarsa Silaturahmi Nasional Raja dan Sultan Nusantara – Indonesia bersama Sultan Ternate – YM. Sri Sultan Mudaffarsyah, Raja Rohomoni – YM. Fachri Sangadji, Putri Mahkota Raja Kaimana Papua – YM. Heidy Diana Abdul Hakim Achmad Aituarauw, Kesultanan Banten – YM. Tubagus Ismetullah Al-Abbas, Putra Mahkota Raja Fatagar Fakfak Papua – YM. Zainal Abidin Uswanas, Trah I Mangkunegaran – YM.R.M. Soerjo Goeritno, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin Palembang, Sultan Skalan Brak Lampung – YM. Sultan Edwardsyah Pernong, Pemangku Adat Raja Kepulauan Kisar Maluku – Yth. Butje Balthazar, Kesultanan Kutai Kertanegara Ing. Martadipura Kalimantan Timur – YM. Haji Adji Pangeran Hary Gondo Prawiro, Sultan Kutawaringin Pangkalan Bun Kalimantan Tengah – YM. Pangeran Muasjiddinsyah, Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Solo – YM. K.P. Edy Wirobhumi, Kesepuhan Cirebon – YM. P.R.A. Arief Natadiningrat, Putra Mahkota Raja Gowa – YM. Andi Komala Ijo dan beberapa Kesultanan dan Kerajaan Nusantara lainnya dan YM. K.R.A.T. Mas’ud Thoyib Adiningrat. Raja Samu Samu VI yang menyusun dan membuat Pernyataan Sikap Raja dan Sultan Nusantara; (1) Mengembalikan jatidiri (identitas) para Raja dan Sultan Nusantara (2) Melibatkan secara langsung para Raja dan Sultan Nusantara dalam proses penyusunan, pembuatan dan pengesahan Rencana Undang Undang (RUU) Hukum Adat (3) Mengembalikan sejarah Kerajaan dan Kesultanan pada Sekolah – Sekolah (4) Memberdayakan Ekonomi Kreatif pada Kerajaan dan Kesultanan Nusantara, dengan Anggaran melalui APBN (5) Menjadikan para Raja dan Sultan Nusantara sebagai Mitra pemerintah, baik di Tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota; Bahwa Raja Samu Samu VI adalah yang merencanakan dan membuat Tongkat Pusaka Nusantara yang terbuat seluruhnya dari Perak Murni dengan Kepala Tongkat berlambang Kepala Singa bermata batu Rubby Merah (Red Rubby) dan telah diserahkan kepada Yth. Presiden Republik Indonesia – YM. DR.H. Susilo Bambang Yudhoyono, pada saat pembukaan Silaturahmi Nasional Raja dan Sultan Nusantara, 7 Agustus 2009, di Istana Merdeka – Jakarta, yang turut dihadiri oleh Yth. Ibu Presiden Republik Indonesia – YM. Ani Susilo Bambang Yudhoyono, dan Menkokesra, Mensesneg, Menseskab, Mendagri, Menbudpar, MenHum dan HAM, Menkoinfo, dan Mendiknas. Raja Samu Samu VI yang memimpin rombongan Badan Pekerja Silaturahmi Nasional Raja dan Sultan Nusantara bersilaturahmi kepada Yth. Presiden Republik Indonesia – YM. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono, 5 Juli 2009, di Puri Cikeas – Cileungsi. Jawa Barat, kemudian memipin rombongan bertemu Mensesneg, Menseskab, Menkokesra, dan Menbudpar.
Saat ini Raja Samu Samu VI bersama seluruh Raja dan Sultan Nusantara sedang mempersiapkan dan akan mewujudkan “MIMPI – I DREAM” Yth. Presiden Republik Indonesia – YM. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono, untuk membangun Museum atau Galeri Nasional Jejak Peradaban Kerajaan dan Kesultanan Nusantara, dan Raja Samu Samu VI adalah yang memberikan pemikiran awal untuk mensosialisasikan PERSAUDARAAN RAJA DAN SULTAN NUSANTARA demi mempersatukan Raja dan Sultan Nusantara serta menyatukan organisasi – organisasi Keraton, Kerjaan dan Kesultanan yang ada, seperti yang juga diharapkan oleh Yth. Presiden Republik Indonesia – YM. DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Menkokesra – YM. H.R. Agung Laksono dan Menbudpar – YM. Jero Wacik.; Hasilnya adalah PERSAUDARAAN RAJA DAN SULTAN NUSANTARA telah di deklarasikan di Denpasar Bali, 27 Maret 2010, yang dihadiri oleh Sultan Yogyakarta – YM. Ngarso Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X, Raja Denpasar XII – YM. Ida Tjokorda Jambe Pamecutan, Raja Kaimana Papua – YM. Abdul Hakim Achmad Aituarauw, Putra Mahkota Raja Gowa Sulawesi Selatan – YM. Andi Komala Ijo, Raja Rohomoni – YM. Fachri Sangadji, Perdana Menteri Kesultanan Kutai Kertanegara Ing Martadipura Kalimantan Timur – YM. Haji Adji Pangeran Harry Gondo Prawiro, Putra Mahkota Sultan Kutai Kertanegara Ing Martadipura Kalimantan Timur – YM. Adji Pangeran Anum Surya Ningrat, Perdana Menteri dan Putri Mahkota Raja Luwu Sulawesi Selatan – YM. Andi Siti Opu Cenning Luwu, YM. K.R.A.T. Mas’ud Thoyib Adiningrat dan lainnya.
Raja Samu Samu VI, selain menjalankan status Raja; lebih banyak membantu dan menolong masyarakat dan orang – orang yang tidak mampu dan atau yang mendapat kesulitan diberbagai bidang; semoga selain menjalankan visi dan misi yang merupakan amanah leluhur dari Raja – Raja Samu Samu, juga dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.